''Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.'' (Filipi 4:13)
David Ring dilahirkan dalam keadaan tanpa oksigen alias setengah mati, dan kekurangannya ini menyebabkan dia mengalami kelumpuhan otak. Saudara laki-lakinya meninggal karena hemofilia, penyakit yang menyebabkan darah tidak dapat membeku. Orang tuanya bercerai saat ia berusia 11 tahun. Di usia 14 tahun ia telah menjadi anak yatim, karena ayahnya meninggal kena kanker. Ia begitu marah dan mengasihani diri, marah kepada dirinya sendiri atas keberadaannya dan membenci Allah. Tetapi suatu hari, ia bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai juruselamatnya. Dalam setiap kesempatan ia selalu bersaksi meski berjalan dengan pincang dan bicaranya gagap. Ia mengatakan, "Jangan bertanya 'mengapa' tetapi 'apa' yang Tuhan inginkan untuk aku lakukan dengan persoalan dan kelemahanku. Ya, pertanyaannya adalah bagaimana memuliakan nama-Nya dengan semua ini?''
Sebagai manusia yang terbatas, seringkali kita mengeluh tentang keberadaan kita. Pernahkah kita merasa, mengapa karier kita seret, rumah tangga tidak harmonis, mengapa pendidikan kita kurang, mengapa harus menduduki posisi yang rendah dalam perusahaan, mengapa dibayar tidak setimpal dengan kerja keras kita, dsb. Kita bertanya mengapa dan mengapa, lalu kita berhenti pada keadaan yang tidak nyaman tersebut tanpa memikirkan bagaimana solusinya.
Kehidupan memang kadang tidak adil. Tuhan seolah memberi kita jeruk yang asam dan memberikan orang lain jeruk yang manis. Namun Dale Carnegie memberi nasihat, ''Kalau jeruk yang anda peroleh ternyata asam, jangan kecewa. Jeruk asam pun bisa dijadikan es jeruk yang nikmat.'' Ketika diperhadapkan dengan kegagalan dan kekecewaan, hanya ada dua pilihan bagi kita: kita menyerah atau ulet. Jika kita menyerah, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebaliknya jika ulet kita akan menang. Ingatlah bahwa pertanyaanya adalah ''apa''.
Dalam kelemahan dan kekurangan kita, justru kita bisa lebih mengandalkan Tuhan. Posisi rendah dan gaji yang pas-pasan harusnya bisa memacu kita untuk berusaha lebih giat dari sebelumnya. Jadi, jangan bertanya mengapa, namun lihatlah apa yang bisa kita kerjakan melalui hidup kita untuk Tuhan.
Yesus dapat mengubah air menjadi anggur, tapi Ia tidak dapat mengubah keluhan kita menjadi apapun.
Tuhan Yesus memberkati
Pemandu Perjalanan
Hidup kita adalah sebuah perjalanan yang membawa kita ke puncak keberhasilan dan juga di lembah keputus-asaan. Jika belum pernah alami keduanya, akan sulit bagi kita untuk menghargai segala sesuatunya dengan baik. Tuhan Allah telah memberikan kepada kita sahabat untuk menemani di sepanjang perjalanan hidup ini. Kita bisa 'berbagi hati' di saat kemenangan dan juga disaat alami kekalahan. Dan Yesus Kristus adalah 'sahabat sejati', pemandu perjalanan menuju ke tujuan yang terakhir. Dia membuat kita layak melangkah di sepanjang perjalanan yg megah ini.