Pemandu Perjalanan

Hidup kita adalah sebuah perjalanan yang membawa kita ke puncak keberhasilan dan juga di lembah keputus-asaan. Jika belum pernah alami keduanya, akan sulit bagi kita untuk menghargai segala sesuatunya dengan baik. Tuhan Allah telah memberikan kepada kita sahabat untuk menemani di sepanjang perjalanan hidup ini. Kita bisa 'berbagi hati' di saat kemenangan dan juga disaat alami kekalahan. Dan Yesus Kristus adalah 'sahabat sejati', pemandu perjalanan menuju ke tujuan yang terakhir. Dia membuat kita layak melangkah di sepanjang perjalanan yg megah ini.

Jumat, 04 Maret 2011

Satu Rajutan Setiap Waktu

"Anak-anakku! Janganlah kita mengasihi hanya di mulut atau hanya dengan perkataan saja. Hendaklah kita mengasihi dengan kasih yang sejati, yang dibuktikan dengan perbuatan kita.." (1 Yohanes 3:18, BIS).

Suatu ketika kami mengunjungi rumah nenek dan saat malam dingin tiba, kami berkumpul di ruang keluarga untuk bersantai-santai sambil menyaksikan acara televisi. Seperti masa kecil kami dulu, kami berkumpul dan berbaring bersama sambil memperebutkan selimut besar dan tebal buatan nenek bertahun-tahun silam. Kami memperebutkan kenyamanan dan kehangatan selimut perca, salah satu kenangan cinta kasih nenek kepada kami. Karena telah bertahun-tahun tersimpan dan dilipat di dalam lemari, selimut tebal kain perca itu sudah mulai tampak tanda-tanda penuaan, seperti beberapa benang jahit besar yang dirajut pada sambungan kain perca mulai terlepas, sehingga kapas pengisi di dalam kain selimut tebal tersebut mulai menyembul keluar, dan juga di beberapa permukaan kain selimut ada noda-noda yang tidak bisa hilang. -Melanie Chitwood

Namun ada satu bagian dari selimut tebal itu masih tetap utuh terjaga, seperti dalam kondisi baru, yaitu jahitan di dalam kain selimut. Itu adalah benang jahit yang paling kecil dari keseluruhan jenis benang jahit yang terlihat pada selimut itu, dan menariknya, rajutan dari benang kecil itu masih kuat hingga sekarang. Rajutan benang kecil itu memberi kami sebuah pelajaran di dalam sebuah pernikahan.

Pada Matius 19:6, Yesus berkata, "Jadi mereka bukan lagi dua orang, tetapi satu. Itu sebabnya apa yang sudah disatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia." Tuhan berkata pasangan suami-istri sudah menjadi "satu daging" ketika mereka menikah, dan keduanya akan menjalani semua kesatuan di dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Salah satu cara untuk membangun kesatuan di dalam pernikahan adalah membuat "jahitan kecil" setiap hari dengan memperkuat jalinan "inti" pernikahan. Kebiasaan kecil yang tidak memakan banyak waktu serta usaha keras, namun memerlukan intensifitas, yang dilakukan terus menerus.

Ada tiga hal penting di dalam kebiasaan kecil khusus di dalam sebuah pernikahan yang harus mulai dilatih dari hal yang terkecil yaitu: pikiran, kata-kata, dan perbuatan.

  • Perhatikan dan waspada akan sebuah pikiran kita terhadap suami/istri dalam hubungan sehari-hari.

Ketika suami/istri mengalami hari-hari yang penuh tekanan, apakah yang perlu kita pikir agar sang suami/istri bisa lepas dari situasi "bad mood". Inisiatif untuk selalu mendukung di dalam setiap kondisi suami/istri dan dengan memberi dorongan semangat harus tetap dipelihara. Seperti misal ketika istri melihat kondisi ruang keluarga atau garasi yang berantakan, lalu (terbiasa) berpikir bahwa sudah seharusnya sang suami yang merapikannya. Namun sebaliknya tumbuhkan pikiran untuk membantu merapikan ruangan, termasuk dengan melibatkan anak-anak.

  • Perhatikan semua perkataan kita terhadap suami/istri, termasuk perkataan spontanitas.

Bagaimana gaya bicara kita dengan suami/istri? Apakah ada kata-kata yang akan menjatuhkan mental atau mengangkat mental pasangan kita? Dalam spontanitas obrolan sehari-hari, pikirkan lebih dahulu kata-kata yang akan dilontarkan kepada orang lain tentang suami/istri kita. Tetapkan hari ini juga dalam setiap perkataan spontanitas kita bahwa anak-anak, orang tua, dan para sahabat serta orang di sekitar kita akan mendengar serta memuji suami/istri/pasangan kita, bukannya ikut mengkritik.

  • Pertimbangkan sikap dan perbuatan kita terhadap suami/istri.

Yesus adalah hamba sejati yang menyingkirkan hak-hak pribadi-Nya dengan lebih mencintai orang lain. Bagaimana perilaku keseharian kita sebagai "bejana kasih" Kristus? Cinta kasih sejati adalah sebuah tindakan, di mulai dari tindakan yang sederhana seperti bersorak gembira ketika pasangan kita mengikuti sebuah kegiatan di dalam permainan atau olahraga, atau membelikan makanan kecil favoritnya. Jadikan prioritas dan tumbuhkan selalu "kedekatan hati" dan "keintiman jiwa" dalam hubungan pernikahan.

Berlatihlah dari sebuah kebiasaan kecil yang membuat sebuah pernikahan bisa tetap utuh, seperti jahitan kecil di dalam selimut tebal buatan Nenek. Berdoa bersama dan minta Tuhanuntuk selalu menunjukkan kekuatan kasihNya kepada kita agar kita bisa terus memperkuat "kesatuan daging" di dalam hubungan pernikahan. Sentuhlah Hati Kudus Tuhan agar membuka mata dan hati kita pada apa yang kita anggap kecil seperti kebiasaan sehari-hari kita. Minta kepada Tuhan agar kita diberi hati yang bertekun menghormati pernikahan kudusNya dengan menghargai proses setiap hal di dalam hubungan pernikahan.

Masing-masing kita akan bersukacita dengan meluangkan waktu untuk menjahit beberapa rajutan benang kecil setiap hari, karena kelak kita akan mengetahui bahwa "kain selimut tebal" pernikahan kita akan tetap bertahan dan terjahit dengan erat, sekalipun di tarik, di cuci, di jemur serta di makan usia.

(Melanie Chitwood_Crosswalk.com)


Tuhan Yesus Memberkati.