''Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.'' (2 Tawarikh 16:9a)
Tahun 1947, Enrico Fermi seorang profesor peraih Nobel Fisika di University of Chicago dijadwalkan mengajar satu kuliah ilmu fisika. Waktu itu, ia tinggal di Wisconsin dan sedang mengerjakan satu riset penting. Ia berencana datang ke kelas 2 kali seminggu walaupun cuaca musim dingin sangat buruk. Tapi apa yang terjadi? Ternyata yang mendaftar kelas itu hanya 2 mahasiswa asal Tiongkok. Orang-orang berpikir profesor itu akan membatalkan kelasnya karena bagi orang sekaliber dirinya, mengajar 2 orang tentu hanya buang waktu. Tapi, di luar dugaan, demi kedua muridnya itu, ia mau tetap mengajar meski harus mengemudi sejauh 100 mil pulang pergi melalui jalan yang licin dan berliku di musim dingin. Murid-muridnya juga belajar dengan giat. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1957, kedua muridnya yang bernama Lee Tsung Dao dan Yang Chen Ning itu mengikuti jejak Fermi memenangkan hadiah Nobel dalam bidang fisika.
Apapun yang kita tabur hari ini, kelak kita pasti menuainya di kemudian hari. Bagaimana cara kita melakukan pekerjaan hari ini, kelak kita pun akan menuai hasilnya di kemudian hari. Menanam benih yang baik, menuai hasil yang baik pula. Menanam sebuah benih kesungguhan hati, suatu hari kelak kita akan menuai hasil yang terbaik juga.
Kesungguhan hati berarti kita akan melakukan apapun dengan sungguh-sungguh dan cara terbaik tanpa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Hanya saja, kerap kali kualitas kerja kita dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Kita baru serius ketika ada atasan yang memperhatikan. KIta baru sungguh-sungguh jika upahnya sesuai. KIta baru sungguh-sungguh jika kondisinya menyenangkan bagi kita. Tapi, bagaimana jika kondisinya berbeda? Banyak orang lalu bekerja tidak dengan sepenuh hati. Padahal, sekalipun kita tidak mendapatkan hasil pekerjaan kita hari ini, percayalah bahwa pekerjaan yang kita lakukan dengan kesungguhan hati hari ini akan tetap bertumbuh. Tuhan selalu memperhitungkan kesetiaan dan kesungguhan hati kita dalam bekerja, Suatu hari kelak, kita pasti menuai buah dari kesungguhan hati kita.
Bekerjalah dengan kesungguhan hati, baik atau tidak baik situasinya
Tuhan Yesus Memberkati
Pemandu Perjalanan
Hidup kita adalah sebuah perjalanan yang membawa kita ke puncak keberhasilan dan juga di lembah keputus-asaan. Jika belum pernah alami keduanya, akan sulit bagi kita untuk menghargai segala sesuatunya dengan baik. Tuhan Allah telah memberikan kepada kita sahabat untuk menemani di sepanjang perjalanan hidup ini. Kita bisa 'berbagi hati' di saat kemenangan dan juga disaat alami kekalahan. Dan Yesus Kristus adalah 'sahabat sejati', pemandu perjalanan menuju ke tujuan yang terakhir. Dia membuat kita layak melangkah di sepanjang perjalanan yg megah ini.