Rasul Paulus memiliki hati yang rela berkorban bagi orang lain. Ia mengalami kelaparan, kapal karam, aniaya dan pemenjaraan, karena tugasnya memberitakan keselamatan kepada orang-orang yang terhilang. Itulah sebabnya, ia pun mengharapkan orang-orang yang ia bombing untuk tetap setia kepadanya ketika ia mengalami krisis. Namun di Roma, tidak ada teman yang menyertai ketika Paulus harus menghadapi sidang pengadilan, kecuali Lukas yang tetap memberikan dukungan.
Teman-teman Paulus mungkin memiliki alas an mengapa mereka membiarkannya sendirian. Mungkin mereka takut kalau-kalau mereka pun dipenjarakan, atau yakin bahwa iman sang rasul akan menopangnya lebih dari pada bantuan mereka yang sekedarnya. Apapun alasannya, Paulus hanya mengatakan hal ini kepada mereka yang membiarkannya : “Kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka” (II Timotius 4:16b). Ia mengampuni orang-orang yang telah mengabaikannya.
Sikap Paulus tidak berbeda dengan sikap yang ditunjukan oleh Stefanus. Kita sudah tahu kisahnya, Stefanus muda dihukum rajam karena tindakannya memberitakan Injil menentang para pemimpin agama. Saat itu Paulus masih menjadi seorang Farisi bernama Saulus, dan dialah yang memberikan persetujuan untuk hukuman itu. Namun di kemudian hari tatkala ia dilawat Tuhan dalam perjalanannya menuju Damaskus, kata-kata terakhir dari Stefanus memberikannya penghiburan yang besar : “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” (Kisah Para Rasul 7:60a). Paulus diampuni, meskipun ia telah menghukum mati seorang hati manusia.
Bila orang lain membiarkan kita dalam masalah, jangan biarkan dendam dan amarah menguasai kita, melainkan banjirilah hati kita dengan pengampunan. Ingatlah bahwa meskipun orang lain membuat kita kecewa dan kesepian, namun pengharapan dari Allah tidak pernah mengecewakan karena DIA adalah Bapa yang luar biasa. Sebagai orang percaya, kita mampu mengampuni karena Yesus Kristus telah mengampuni kita sepenuhnya, meskipun DIA tahu bahwa kita sering jatuh dalam dosa, melukai dan menjauhi-Nya.
Tuhan Yesus Memberkati
Pemandu Perjalanan
Hidup kita adalah sebuah perjalanan yang membawa kita ke puncak keberhasilan dan juga di lembah keputus-asaan. Jika belum pernah alami keduanya, akan sulit bagi kita untuk menghargai segala sesuatunya dengan baik. Tuhan Allah telah memberikan kepada kita sahabat untuk menemani di sepanjang perjalanan hidup ini. Kita bisa 'berbagi hati' di saat kemenangan dan juga disaat alami kekalahan. Dan Yesus Kristus adalah 'sahabat sejati', pemandu perjalanan menuju ke tujuan yang terakhir. Dia membuat kita layak melangkah di sepanjang perjalanan yg megah ini.