Alkitab mengatakan bahwa anak yang hilang itu pergi “ke negeri yang jauh”. Ketika kita melangkah keluar dari kehendak Allah, sesungguhnya kita sedang pergi “ke negeri yang jauh”, sekalipun kita mungkin tetap berada dirumah dan lingkungan kita. Setan sangat gencar melemparkan janji-janji palsu tentang hiburan dan kepuasan. “Ayo datang, puaskanlah dirimu,” bisiknya, “Engkau pasti akan senang.”
Di “negeri yang jauh” kita tidak akan pernah mendapati janji-janji setan itu digenapi, melainkan justru akan mengalami kekacauan pikiran dan kehilangan tujuan. Kita tidak lagi mencari kebeneran, melainkan hanyut mengembara dalam kesenangan semu. Lihatlah bertapa banyak orang percaya yang mengembara “ke negeri yang jauh” dengan menghabiskan jutaan rupiah setiap bulannya hanya untuk memenuhi panggilan musuh. Talenta, kegairahan dan sukacita dari ALLAH di sia-siakan hanya demi mengejar mimpi yang sia-sia.
Tanpa pimpinan ALLAH, sudah pasti kita akan membuat keputusan-keputusan yang bodoh, dan kita akan mengalami kekosongan, serta seribu satu macam akibat buruk lainnya, misalnya jeratan utang, sakit penyakit, kekacauan emosi, perasaan terkucil, tertolak, atau tidak dikasihi. Kehidupan tanpa Allah sesungguhnya adalah kehidupan yang melelahkan dan menyakitkan, karena kita terus menerus diperbudak oleh dosa.
Perjalanan menjauh dari rumah bapa, akan berakhir di “kandang babi” pribadi kita, yaitu suatu tempat dimana kita akhirnya menyadari bahwa kehidupan kita ternyata hampa. Setelah berkelana sedemikian jauh hanya untuk mencapai keadaan yang paling rendah ini, kita mungkin bertanya-tanya apakah ALLAH masih tetap mengasihi kita. Jawabannya adalah “YA!” Anugerah-Nya tidak ada batasnya, dan DIA masih merentangkan tanganNya untuk menyambut kita seperti ayah yang menyambut anaknya yang hilang itu. Apakah kita tengah mengembara di “negeri yang jauh?” Cepatlah pulang untuk mendapatkan pengampunan dan pemulihan dari Bapa. Izinkan DIA menyambut kita dengan sukacita dan pesta meriah.
Tuhan Yesus Memberkati