Tina, seorang gadis yang baik hati satu kali ingin memberi kejutan pada Nenek Omi yang hidup sendiri. Ia datang membuat sebuah kue yang enak lalu membawanya ke rumah si Nenek. "Oh, buat Nenek? Puji Tuhan! Terima Kasih, Tina. Nenek sangat suka." kata Nenek Omi waktu menerima kue itu. Melihat Nenek Omi suka dengan kuenya, seminggu kemudian Tina kembali membawakan kue. "Terima Kasih, kamu baik sekali." jawabnya. Minggu selanjutnya, Tina membawakan kue yang sama. "Terima kasih", jawab Nenek singkat. Lebih dari seminggu, komentar Nenek kembali berbeda. "Tumben, kamu telat sehari", sahutnya.
Minggu selanjutnya, Nenek Omi berkomentar, "Kuemu agak kemanisan. Nenek juga lebih suka rasa buah daripada coklat." Tapi minggu selanjutnya, Tina sangat sibuk sehingga ia tidak sempat membuat kue untuk Nenek Omi. Dan ketika ia berangkat kerja dan melewati rumah si Nenek, tiba-tiba Nenek Omi keluar dan berteriak, "Hei, Tina. Mana kue Nenek?"
Satu kutipan berkata,''Saat kita melihat berkat yang sama setiap hari, kita akan tidak memperhatikannya lagi. Ketika kita tidak lagi memperhatikan, kita berhenti menghargai. Ketika kita tidak menghargai, kita berhenti bersyukur. Ketika kita tidak bersyukur, kita mulai mengeluh."
Kadang kita bahkan menjadi seperti kisah Nenek Omi tadi. Kita menganggap berkat sebagai hak kita. Bangsa Israel pun bersikap demikian. Tiap hari melihat tiang awan dan tiang api, tiap hari makan manna, dan tiap hari bersama tokoh sekaliber Musa, menjadi bukan lagi hal luar biasa bagi mereka. Bahkan, yang terjadi makin lama mereka merasa manna itu hambar (Bilangan 21:5) dan Musa seorang yang otoriter (Bilangan 16:3).
Padahal, Tuhan tidak pernah memberi berkat yang sama, dalam artian yang sudah pernah kita terima sebelumnya. Rahmat dan berkat-Nya selalu baru tiap hari (lih.Rat. 3:23). Udara yang kita hirup selalu saja yang baru. Makanan dan minuman yang kita nikmati bukanlah yang sudah pernah masuk ke perut kita. Semuanya selalu baru! Jika hari-hari ini kita mulai sering mengeluh atau merasa hidup ini membosankan, semoga kita bisa hargai berkat-Nya dalam hidup kita. (RHSpirit)
Berkat TUHAN selalu baru dalam hidup kita, ucapan syukur kita harusnya juga demikian.
''Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:22-23).
Tuhan Yesus Memberkati
Satu kutipan berkata,''Saat kita melihat berkat yang sama setiap hari, kita akan tidak memperhatikannya lagi. Ketika kita tidak lagi memperhatikan, kita berhenti menghargai. Ketika kita tidak menghargai, kita berhenti bersyukur. Ketika kita tidak bersyukur, kita mulai mengeluh."
Kadang kita bahkan menjadi seperti kisah Nenek Omi tadi. Kita menganggap berkat sebagai hak kita. Bangsa Israel pun bersikap demikian. Tiap hari melihat tiang awan dan tiang api, tiap hari makan manna, dan tiap hari bersama tokoh sekaliber Musa, menjadi bukan lagi hal luar biasa bagi mereka. Bahkan, yang terjadi makin lama mereka merasa manna itu hambar (Bilangan 21:5) dan Musa seorang yang otoriter (Bilangan 16:3).
Padahal, Tuhan tidak pernah memberi berkat yang sama, dalam artian yang sudah pernah kita terima sebelumnya. Rahmat dan berkat-Nya selalu baru tiap hari (lih.Rat. 3:23). Udara yang kita hirup selalu saja yang baru. Makanan dan minuman yang kita nikmati bukanlah yang sudah pernah masuk ke perut kita. Semuanya selalu baru! Jika hari-hari ini kita mulai sering mengeluh atau merasa hidup ini membosankan, semoga kita bisa hargai berkat-Nya dalam hidup kita. (RHSpirit)
Berkat TUHAN selalu baru dalam hidup kita, ucapan syukur kita harusnya juga demikian.
''Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:22-23).
Tuhan Yesus Memberkati